Pages

Sunday 2 March 2014

Seuke (Nangroe Aceh Darussalam)


Seuke (dalam bahasa Aceh) disebut juga dengan daun pandan adalah bahan baku yang sering digunakan dalam membuat kerajinan anyaman. Dahulu, anyaman pandan ini hanya digunakan untuk membuat tikar saja, namun kini berbagai macam barang dapat dihasilkan dari anyaman pandan ini antara lain, aneka tas, sandal, sarung bantal kursi dan lain sebagainya. 


Anyaman pandan ini banyak ditemui di Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Aceh Utara. Sekarang ini banyak lembaga sosial maupun dinas pemerintah lokal yang peduli akan prospek usaha kerajinan anyaman pandan ini sehingga banyak melakukan pelatihan bagi pengrajin/masyarakat lokal mengenai model maupun jenis yang bisa dibuat dari anyaman pandan.
 
Proses Pembuatan Anyaman Pandanbahan baku anyaman pandan adalah daun pandan yang panjangnya mencapai 2 (dua) meter. Daun pandan disayat atau dibelah-belah menurut alur memanjang setelah dibersihkan terlebih dahulu. Daun pandan ini diebus dalam air panas agar menjadi lunak, serta untuk mematikan hama, kemudian diangkat dan dikeringkan dengan menjemurnya pada panas matahari. 

Setelah kering, diberi warna sesuai keinginan dengan mencelupkannya kedalam zat cairan zat pewarna yang telah dimasak dengan air panas,lalu diaduk hingga rata. Setelah warna merata, lalu diangkat dan dijemur lagi hingga kering. Setelah kering, maka pandan ini siap untuk dianyam. Bahan baku yang telah siap pakai ini dianyam sesuai denga kebutuhan, baik dengan motif yang diinginkan maupun dalam bentuk polos.

Meuen Galah (Nangroe Aceh Darussalam)

 
Meuen Galah adalah permainan tradisonal masyarakat aceh yang telah turun temurun menjadi warisan budaya.


Permainan ini dimainkan oleh 10 peserta yang dibagi menjadi 2, yaitu sebagai lawan. Permainan ini membutuhkan tempat yang agak luas. Karena arena meuen galah berbentuk persegi panjang dengan lebar kira-kira 4 meter dan panjang 10 meter yang dibagi menjadi 6 persegi.

Awalnya 5 peserta masuk dalam persegi di sisi awal kemudian berusaha melepaskan diri dari hadangan peserta lain yang bertugas menjadi penjaga. Jika pemain dapat meloloskan diri dari semua penjagaan lawan dan berhasil mencapai sisi persegi akhir dengan tidak ada satupun anggota yang tertangkap, maka dia keluar sebagai pemenang.

Permainan ini memiliki beberapa manfaat. Selain melatih ketangkasan dan kerjasama sebuah tim dalam meraih kemenangan, permainan ini melatih anak-anak untuk bersosial dengan baik antar sesame.

Saturday 1 March 2014

Bungong Jeumpa (Nangroe Aceh Darussalam)

Bungong jeumpa bungong jeumpa megah di Aceh
Bungong telebeh, telebeh indah lagoina
Puteh kuneng mejampu mirah
Keumang siulah cidah that rupa
Lam sinar buleun lam sinar buleun angen peu ayon
Ru roh mesuson mesuson, nyang malamala
Mangat that mebe

Beberapa ahli sejarah mengaitkan lagu Bungong Jeumpa berkaitan dengan Kerajaan Jeumpa, Aceh, berdasarkan Ikhtisar Radja Jeumpa yang ditulis Ibrahim Abduh yang disadurnya dari hikayat Radja Jeumpa. Kerajaan Jeumpa adalah sebuah kerajaan yang berkembang pada sekitar abad ke-7 Masehi. Berada di sekitar daerah perbukitan, mulai dari sisi sungai Peudada di sebelah barat sampai Pante Krueng Peusangan di sebelah timur.  Istana Raja Jeumpa sendiri terletak di desa Blang Seupeueng yang dipagari di sebelah utara, sekarang disebut Cot Cibrek Pintoe Ubeuet.

Dalam bahasa Indonesia

Bunga cempaka, bunga cempaka terkenal di Aceh
Bunga terlebih, terlebih indah sekali
Putih kuning bercampur mirah
Mekar sekuntum indah rupawan
Dalam sinar bulan, dalam sinar bulan angin ayunkan
Gugur bersusun, bersusun, yang sudah layu
Harum baunya kalau dicium
Alangkah harum si bunga cempaka

Tari Saman (Nangroe Aceh Darussalam)


Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.

Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.

Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian dititik beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.''

Situs Kesultanan Lamuri (Nangroe Aceh Darussalam)


Kesultanan Lamuri adalah nama sebuah kerajaan yang terletak di daerah kabupaten Aceh Besar dengan pusatnya di Lam Reh, kecamatan Mesjid Raya. Kerajaan ini adalah kerajaan yang lebih dahulu muncul sebelum berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam, dan merupakan cikal bakal kesultanan tersebut.

Sumber asing menyebut nama kerajaan yang mendahului Aceh yaitu "Lamuri", "Ramni", "Lambri", "Lan-li", "Lan-wu-li". Penulis Tionghoa Zhao Rugua (1225) misalnya mengatakan bahwa "Lan-wu-li" setiap tahun mengirim upeti ke "San-fo-chi" (Sriwijaya). Negarakertagama (1365) menyebut "Lamuri" di antara daerah yang oleh Majapahit diaku sebagai bawahannya. Dalam Suma Oriental-nya, penulis Portugis Tome Pires mencatat bahwa Lamuri tunduk kepada raja Aceh.

Untuk saat ini, bekas-bekas sejarah yang masih ada hanya batu-batu nisan yang bertuliskan arab dan beberapa tumpukan batu yang merupakan pondasi bangunan yang telah tertimbun tanah sebagian. Selain itu juga ditemukan pula manuskrip-manuskrip batu di dekat benteng inong balee.
 
Peneliti sejarah Aceh, Teungku Taqiyyuddin, menegaskan Lamuri merupakan sebuah peninggalan Kerajaan Islam Pra-Aceh Darussalam, baik cikal-bakal dari segi nasab maupun pengaruhnya. Sejumlah nisan di kawasan itu ternyata memiliki hubungan pengaruh dengan Kompleks Makam Tuan Di Kandang yang berada di Kampong Pande, Banda Aceh, ataupun dengan beberapa makam di Pango Raya, Ulee Kareng, Neusu, Kandang-Pidie, dan Meureuhom Daya.

Upacara Troen Bak Tanoeh (Nangroe Aceh Darussalam)


http://bimg.antaranews.com/bali/2012/08/ori/20120826turuntanah260812.jpg
Upacara Troen Bak Tanoeh disebut juga upacara turun tanah merupakan pacara adat aceh yang menyimbolkan kesucian ibu bayi yang baru saja meliwati masa persalinan. Upacara ini berlangsung dengan melibatkan sang bayi yang baru lahir dan membawanya keluar rumah. Sedangkan sang ibu tidak diperkenankan ikut karena masih dalam keadaan tidak suci, yaitu dalam masa wiladah.

Dan puncak upacara ini adalah saat mulai turun tanah sebagai simbol telah bebas dari darah kotor dan penyakit. Sebagai mana biasanya, bayi yang berumur kurang dari bulan masih dikhawatirkan terjangkit penyakit. Oleh karena itu upacara ini dilaksanankan dengan mempertimbangkan faktor tersebut. Namun, jika tidak dikhawatirkan, maka upacara ini dilaksanankan.

Inti dari ajaran ini adalah simbol turun tanah terhadap bayi sebagai gambaran perkenalan bayi terhadap dunia luar. Sedangkan prinsip di dunia luar agar kelak mendapatkan kebahagiaan adalah dengan cara melakukan sesuatu hal dengan giat dan bersungguh-sungguh dan tidak bermalas-malasan.



Ikan Keumamah (Nangroe Aceh Darussalam)

http://www.bubblews.com/assets/images/news/196003618_1388046482.JPG
Keumamah adalah masakan khas Aceh yang dibuat dari bahan baku ikan. Ikan yang digunakan biasanya adalah ikan tongkol yang dikeringka dengan cara dijemur, lalu direbus dan kemudian disalai. Ikan kering ini diiris tipis - tipis dan dimasak dengan kentang dalam kuah kari yang kental. Orang luar Aceh sering menyebutnya ikan kayu.


Biasanya dimasak dengan menggunakan santan kelapa, kentang, cabai hijau dan rempah lainnya. Ikan kayu ini tahan lama dan tidak mudah basi, sehingga dapat dijadikan bekal untuk perjalanan jauh. Selama perang aceh melawan belanda di hutan, jenis makanan ini sangat terkenal karena sangat nudah dibawa dan dimasak. Nama lainnya adalah Katshibushi.

Sedangkan cara membuatnya adalah sebagai berikut :

Bahan Ikan Keumamah Aceh:

  • 2 Potong Ikan Keumamah (Ikan Kayu)
  • 2 Tangkai Daun Kari

Bahan Bumbu Giling:

  • 1 Genggam Cabe Rawit
  • 2 Genggam (Giling Kasar) Asam Sunti
  • 2 Siung Bawang Merah
  • 2 Buah Cabe Merah
  • ½ Sendok Teh Kunyit

Bahan Bumbu Rajang:

  • 3 Siung Bawang Merah
  • 5 Buah Cabe Hijau

Cara Membuat Ikan Keumamah Aceh:

  1. Iris Tipis-Tipis Keumamah
  2. Rendam Irisan Keumamah Dalam Air Hangat Selama 5 Menit
  3. Tumis Bumbu Giling
  4. Masukkan Keumamah Dan Air Secukupnya.
  5. Masukkan Bumbu Rajang Dan Daun Kare